anak kelas 1C yang selalu aktif


Bagi saya, profesi guru bukanlah pilihan, tapi panggilan jiwa. Turun tangan dan ikut andil dalam mewarnai dunia anak-anak dan pendidikan merupakan kebanggan diri sendiri, lagi pula profesi guru merupakan salah satu profesi yang disegani di masyarakat. Selain dari hal di sebutkan di atas, sisanya adalah bonus. Nah bonus apa saja yang bisa di terima guru, yuk disimak.   

1. Guru Jaminannya Surga

Berlebihan ga sih klo saya nulis guru jaminannya surga ?
Kalau kita flash back zaman waktu sekolah dulu, apa sih terbayang saat denger kata ‘guru’ ? Guru cerewet, guru galak, guru kiler, sebelum gurunya masuk dibacain alfatihah berjamaah dulu supaya kalem di kelas, oh itu dulu kelakuan saya dan temen-temen waktu SMA, hahaha.

Itu contoh ‘keisengan kecil’, bagaimana kalau dihadapi dengan keisengan lain seperti bicara kasar, membentak, tauran, mungkin kita, para pelakunya, Cuma seru-seruan aja. Memang qodratullah ya, namanya anak-anak dan remaja itu masa-masa lagi seruserunya main dan iseng. Cuma kalau isengnya salah tempat atau keterlaluan, misalnya iseng di kelas pas lagi guru nerangin, atau iseng di masjid, atau tauran kira-kira masih asyik gak tuh? Pasti yang disalahin gurunya padahal aahh ... tak terkatakan lagi, tapi selalu saja ada komen, ‘apa itu gurunya gak ngajarin anak muridnya?’ duh Gusti, kena deh.

Bukan Cuma masalah perilaku, ada lagi kalau anak didiknya mendapat nilai jelek, sedangkan sudah berbagai cara ditempuh untuk memperbaiki nilai yang gak kunjung cerah masih gagal, yang dihadang pertama kali pasti ‘gimana sih gurunya, apa gak bisa ngajar?’ duh Gusti, kena lagi, narik lembaran tisu.

Jadi ya saya pikir, surga adalah tempat yang pantas untuk guru yang sabar, berdedikasi penuh untuk sekolah dan anakanak muridnya.

2. Orang Tua Kooperatif

Bunda syantik kelas 1C yang kooperatif
Jika boleh berbagi cerita sedikit, dari hasil 4 tahun mengajar di kelas rendah, berbagai macam karakter orang tua pernah saya temui. Yang paling ekstrim adalah pengalaman pernah dimaki-maki, ditunjuk-tunjuk bahkan sampai mau dibawain polisi dan pengacara, cuma karena kesalah pahaman saja, membuat saya berfikir, orang tua yang kooperatif dan nerima anaknya ditreatment ini itu, open mind terhadap saran guru, feel free to shering any think tentang perilaku anak di rumah, melibatkan diri dalam usaha merubah anak menjadi lebih baik, lebih rajin belajar atau mengerjakan PR, lebih pandai mengaji dan hafalan surat, semua itu rasanya seperti serpihan surga yang turun ke bumi.
dokumen bunda mas ganteng

Saya lebay? Tidak. Memang begini adanya. Bagaimana mungkin guru bisa merubah anak menjadi ahli akhlakul karimah, penyejuk hati kedua orang tuanya, jika di rumah tidak dididik kembali, dibimbing kembali, oleh orang tuanya? Bagaimana pintar mengaji, kalau di rumah tidak mengaji? Bagaimana pintar hafal Quran, kalau di rumah tidak hafalan? Semua itu sangat perlu peran orang tua di dalamnya.

dokumen bunda mas ganteng

3. Perubahan Anak yang Signifikan

Menagajar kelas rendah sering kali sianggap sebelah mata. ‘Alah, ngajar kelas satu tuh gampang. atau ‘Yah paling cuma ngajar dasar dasar aja, apa sih yang susah?’

Mas Soleh ngambek saat HW- foto dokumen pribadi
Aduuh, yang bilang begitu sepertinya perlu ditatar nih. Pernah dengar peraturan sekolah wajib menerima anak murid baru yang cukup umur, bukan yang sudah bisa baca tulis hitung, calistung? Coba dibayangkan 30 orang anak bahkan lebih, dimasukan ke dalam satu kelas, dengan kemampuan berbeda-beda, latar belakang keluarga yang berbeda-beda, sifat yang berbeda-beda, dan semuanya mencoba menarik perhatian disaat yang bersamaan.

Eit, jangan salah, menarik perhatiannya bisa berbagai macam caranya. Misalnya saat guru menjelaskan ini itu dengan suara lantang ditambah narik urat leher, ternyata masih ada yang berimajinasi dengan pinsil dan penghapus, perlu diingatkan kembali supaya mendengarkan guru sedang mengajar. Lain lagi dengan anak yang asyik ngumpet dikolong meja, menolak menulis, membaca, semua tugas tidak ada yang selesai. Belum lagi yang suka menendang-nendang meja kalau tidak mau menulis nulis. Ditambah ada yang berteriak di kelas kalau merasa kecapean atau tidak bisa menjawab tugas yang diberikan guru. Ada juga yang hobi keliling kelas, dan tidak lupa ‘diskusi’ kesana kemari membahas entah apa, sedangkan tugasnya terbengkalai. Wah kalau disebutin semuanya saya takut tidak ada yang mau jadi guru.

Dilain pihak tuntutan yang diterima guru sangatlah berat. Beban ajar yang mengharuskan anak paham terhadap semua mata pelajaran yang telah diajarkan, dan satu-satunya alat ukur valid untuk menentukan anak sudah paham atau belum tentang materi ajar yaitu dengan nilai hasil tugas latihan sehari-hari dan ulangan. Logikanya, bagaimana bisa bagus nilainya kalau keseharian di kelas yang telah disebutkan tadi? Duh Gusti.

Semengerikan itu? Tidak juga sih. Karena ya balik lagi ke poin awal, guru itu HARUS SABAR. sabar memperhatikan seriap detail anak-anak muridnya, apa kelemahan apa kekurangan apa yang perlu dipoles apa yang perlu ditambal.
Menurut Munif Chatib dalam buku Orangtuanya Manusia, ada pembahasan mengenai discovering ability. Mengutip dari perkataan Munif Chatib ‘Orangtua harus memiliki hobi baru, yaitu melakukan discovering ability kepada anaknya, menjelajah kemampuan anak meskipun sekecil debu. Seperti penyelam, yang mencari harta karun terpendam.’ Bagi saya, discovering ability juga bisa dilakukan oleg guru. Guru yang Sabar dan berkompeten, pasti bisa melihat detail kepada anak-anaknya.

Kakak Soleh kelas 1 C belajar solat di kelas.

Dari hasil percobaan try and errors, banyak hal yang bisa dipetik. Kenyataannya, bukan hanya anak yang belajar berubah, tapi guru juga mengikuti belajar dan berubah. Perubahan yang terlihat, dan seharusnya yang terukur bukan Cuma nilai hasil latihan tugas dan ulangan tapi juga dari perilakunya anak selama di sekolah. Tanggung jawabnya, disiplinnya, atau bagaiman ia mengelola emosinya, hal-hal demikian yang sering luput dari fokus kita, hal-hal itu lah yang seharusnya diapresiasi.

Kakak Solehah kelas 1C belajar solat di kelas

Saya paling terharu saat ada anak yang terlalu lama mengerjakan tugas dibanding teman-temannya, sampai bapak jemputan sering meluncurkan tatapan tidak suka kepada saya, karena saya bersikeras menahan dia untuk tanggung jawab terhadap tugasnya, dan sekarang, sebelum bapak jemputan, datang dia sudah selesai dengan tugasnya, rasanya bangga sekali. Dilain kasus, ada anak yang sering menjerit-jerit saat tidak bisa menyelesaikan tugas, setelah dinasehati diyakinkan bahwa dia bisa, diminta membaca lagi dengan tenang dan akhirnya bisa, lalu perlahan mulai mengelola emosinya, dan sekarang terlihat lebih tangguh dari sebelumnya, rasanya tak terkatakan lagi.

Bangga, saya bangga sekali menjadi guru. Remeh sekali kan? Duh, Gusti yang tak kasat mata justru yang membanggakan. Semoga nilai bukan fokus utama dari hasil belajar di kelas yang diperhatikan orangtua.

4. Anti Aging

Saya sering dengar cerita dari teman mengajar yang telah senior, ‘dulu ibunya diajarin sama saya, sekarang anaknya diajarin sama saya lagi.’ . Wah seriously? Bisa gitu ya. Tapi memang kalau diperhatikan, banyak kok yang seperti itu dan jika jeli wajah ibu bapak guru bahkan tidak tampak terlalu berubah dari dulu sampai sekarang. Kok bisa begitu ya? Kesimpulan hemat saya, karena menjadi guru itu menyenangkan.


kelas 1C makan bersama sebelum Bulan Ramadhan

Menyenangkan bisa bertemu anak-anak yang soleh solehah, menyenangkan bisa mencoba hal baru setiap harinya, menyenangkan bisa berbagi cerita, canda, dan tawa. Sekesel-keselnya guru terhadap anaknya, pasti nanti akan tertawa lagi, dan akan tetap selalu sayang meskupun sudah tidak mengajar dia lagi. sesuatu yang dikerjakan dengan senang, dengan iklas, dengan hati yang terbuka, akan meluapkan emosi yang sama kepada anak-anak, akan menularkan perasaan yang sama pula, dan kelas penuh dengan uap kebahagiaan.

Uap kebahagiaan itu lah yang membuat ibu bapak guru tampak awet muda. Sungguh unpredictable, tapi itu lah kenyataannya. Seapapun yang terjadi, selalu senang. Bahagianya jadi guru.


Setelah membaca artikel ini, apakah kamu tertarik menjadi guru?