Judul: Laut Bercerita
Karya: Leila S. Chudori
cetakan: kelima, November 2018
halaman: 377 halaman.
ISBN : 978-602-424-694-5
penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) Jakarta

Pembuka tahun 2019, saya telah menamatkan salah satu buku berkelas, dan tentu saja merasa ‘berhutang’untuk segera mereview. Review buku kali ini novel karangan penulis senior Leila S. Chudori berjudul Laut Bercerita.

Novel Laut Bercerita tentang perjuangan aktifis muda yang mendambakan Indonesia baru yang bebas dalam menyuarakan kebenaran. Mereka adalah Biru Laut, Kinan, Bram, Alex, Daniel, Julius, Gusti, Naratama, Anjani, dan Asmara Jati.

Novel ini memiliki dua sudut pandang, yaitu sudut pandang Biru Laut, pada rentang waktu tahun 1991-1998 dan Asmara Jati, pada rentang waktu tahun 2000-2007.

Biru laut, sesuai dengan namanya memiliki karakter yang kuat, pendiam, meski hemat saat berbicara, jari-jemarinya sanggat pandai meramu kata. Sejak SMP dia sangat gemar membaca novel-novel ‘terlarang’ pada saat itu. Perjalanan-demi perjalanan membawanya ke Jogja untuk menuntut ilmu, sekaligus bertemu Sang Penyair, KInan, Bram, Alex, Gusti, Narata, dan Anjani. Hingga akhirnya ia berbagung kedalam organisasi bernama winatra.

Sayangnya organisasi yang membela rakyat, justru dianggap duri dalam daging direzim tersebut hingga mereka dinyatakan sebagai buronan. Siksaan demi siksaan dilalui, dan saya tidak bisa tidak ‘gerimis’ saat membacanya.

Dan saat Laut berpikir ulang tentang perjuangannya selama ini, ketika keraguan menyusup diam-diam dalam lubuk hati kecilnya, adalah seorang kinan yang cerdas luar biasa dapat kembali mengobarkan semangat yang sempat hampir padam.

Memang terasa ada yang ganjil, bahwa setiap ingin beraksi, entah itu di Blangguan atau di Burungasih, pihak aparat berwajib sudah tahu pasti tentang rencana yang telah disusun dengan matang dan berhasil menggagalkannya.

“yang penting kita ingat, …. Setiap langkahmu, langkah kita, apakah terlihat atau tidak, apakah terasa atau tidak, adalah sebuah kontribusi, Laut. Mungkin saja kita keluar dari rezim ini 10 tahun lagi, atau 20 tahun lagi. Tapi apapun yang kamu alami di Blangguan dan Burungasih adalah sebuh langkah. Sebuah baris dalam puisimu. Sebuah kalimat pertama dari cerita pendekmu. Kinan, hal.183.

Hingga akhirnya terunggkaplah siapa ‘dalang’ dari penghianatan di dalam winatra sendiri. Meskipun sedari awal memang saya sudah mendunganya, tapi cara Laila menggungkapkannya diluar dugaan saya.

“aku hanya ingin kau paham, orang yang suatu hari berkhianat pada kita biasanya adalah orang yang tak terduga, orang yang kau kira adalah orang yang mustahil melukai punggungmu.” Bram hal.31.

Yang terberat saat membaca rangkaian cerita pada sudut pandang Asmara jati sebagai adik yang kehilangan, dan merasa sendirian menanggung beban kenyataan bahawa, telah 2 tahun berlalu, sejak tahun 1998 kakaknya Biru Laut dinyatakan hilang dan tidak pernah kembali. Ia harus menahan tangis dan tetap rasional saat melihat ibu bapaknya nyaman dalam kepompong dan ilusi bahwa anak sulungnya, Biru laut, akan segera pulang dan ikut makan bersama.

“Dia berkata, ‘kalau sampai aku diambil dan tidak kebali, sampaikan pada Asmara, maafkan aku meninggalkan dia ketika bermain perak umpet.” Alex, hal.341.

“seandainya belum ada satu pimpinan pun yang menunaikan janjinya untuk mengungkap kasus kematianku dan kematian semua kawan-kawan, maka inilah saranku: kalian semua harus tetap menjalankan kehidupan dengan keriangan dan kebahagiaan.” Laut, hal.366.
Opini

Sebagai mantan mahasiswa yang aktif dalam organisasi, saat itu saya ikut HIMA IP, dan DPM. Saya paham betul semangat perjuangan yang dialami Laut meski saya tidak sampai seektrim itu. Saya rasa buku ini wajib dibaca para mahasiswa atau orang-orang yang peduli dengan sejarah kelam yang pernah tertoreh dalam bagian Indonesia.

Bahwa pernah pada masanya, Indonesia bisa begitu tidak bersahabat dengan rakyatnya sendiri. Dan bila hari ini kita bisa dengan bebasnya menyuarakan pendapat kita terhadap pemerintah, itu adalah hasil perjuangan yang tidak pernah bisa terbayarkan oleh apapun.

sebenarnya, Novel ini sudah diangkat menjadi film pendek pada tahun 2017. Sayangnya saya baru mengetahui saat ini, dan ingin sekali bisa menontonnya.

Kelebihan

Jika berbicara kelebihan, tiap diksi yang tersaji ditiap lembarannya adalah kelebihan. Bahkan nama Leila menambah daftar panjang list penulis favorit saya. Leila sangat pintar mengaduk-aduk emosi pembaca hingga membuat saya betul-betul menghayati tiap rangkaian diksi hingga tidak bisa tidak untuk gerimis, geram, kecewa, hancur disaat bersamaan.

Kekurangan

Dalam pendapat saya novel ini tidak memiliki kekurangan apapun.

alhamdulillah tertunaikan "hutang' saya terhadap diri saya sendiri untuk mereview novel Laut Bercerita.


Kepada pahlawan pejuang kebenaran, yang dihilangkan paksa, doa takzimku selalu tercurah kepada kalian.