Banyak hal yang bisa jadi mood boster, semisal, dalam kasus aku itu adalah es krim, coklat, cuaca cerah, senyum dari orang kesayangan, pizza, traveling, kencan dengan si pipih, (halah apaan sih nindi, hahahaha...) ke toko buku, aroma buku baru, ke informa (sejak menikah tempat ini masuk list buat refresh otak)

foto prewed di kota tua

dan hari ini berasa banget mood boster naik, pertama suasana sekolah pas aku dateng tuh sepi banget, berasa punya sekolah sendiri, itu tuh detikdetik berharga sebelum bakal rame kek pasar, ditambah suasana sejuk sehabis hujan, itu tuh mendukung banget. Eh, tetiba inget puisi yang aku bikin buat disisipi di belakang cover buku undangan pernikahan aku dan si pipih, kartu undangan nikahannya aku buat semodel note book gitu. Pas dibaca lagi berasa gimanaaa gitu....

ini dia puisinya...




Kopi dipagi hari
Oleh Nindi Fanswari

Waktu denting cangkir dan sendok saling beradu
Semua mewujud gaib di mataku, ya bahkan kamu.
Di ruangan ini aku sendiri dan kamu melebur mewujud jutaan keping kopi yang tersaji di cangkirku
Dari aroma kopi, kamu berbisik di telingaku : “Satu ditambah satu mustahil dua, setiap satu membawa satu yang lain jadi semakin menyatu.”
Mungkin karena itu hidup tak bisa dikatakan selalu matematis dan kalkulatis.
Maka pelan dan penuh letupan kerinduan, kudaratkan kecupanku untuk menari bersama riakan aliran ritme hidupmu.
Dan disela seruput panas kopi yang merengkuh tubuhku,
Kamu bertanya : “Ada banyak teman minum kopi. Teman seperti apa yang kamu suka?”
Aku menjawab: “Cukup Kamu.”
Mungkin sebab itu hidup harus memilih, tapi kamu dan kopi pengecualian.
Hujan menguar aroma kopi.
Saput awan mengembun di riakan kopi.
Matahari memberkati cahayanya di kilat hitam kopi.
Dan kopi menguarkan harum keringat di tiap pori kulitmu.
Empat seruput pagi yang akan datang aku akan


Mencecap hangat keringatmu di bibir cangkir kopiku.