Bogor, 31 Januari 2016
Teruntuk anakku
K.U.Gy
Assalamualaikum anakku
Belum sebulan umurmu, tapi ‘bruuut...
bruuut... bruuut....’ suara angin-anginmu, kentutmu, sama banyaknya dengan suara tangismu, telah mewarnai hari-hari Mimih. tapi jujur saja Gy, mendengar suara kentutmu saja rasanya Mimih ingin menangis bahagia.
Bagaimana tidak? Beberapa hari kemarin tangismu merobek malam-malam sunyi, geliat
gelisah, wajah merah padam, kantung mata, dari malam hingga jarum jam
menunjukkan pukul 3 dini hari, hanya karena perut kembung, dan kentutlah
sebagai satu-satunya jalan keluar angin-angin yang terjebak diperut kecilmu.
Lalu apa yang paling menyakiti hati seorang ibu, selain rintih tangis anaknya?
Maafkan Mimih
yang tidak sempurna. Maafkan. Mimih tidak sepenuhnya ibu yang baik. Terlalu banyak
kekurangan yang bisa kau eja satu-satu. Sejak kelahiranmu, Mimih tidak bisa
meredakan dirimu dari lapar dan haus. Maaf. Mimih memilih berbotol-botol susu
sapi untuk menyelamatkanmu dari dehidrasi. Kamu terlahir terlalu kecil dan
Mimih tidak mau membiarkanmu bermalam di rumah sakit tanpa Mimih. Mimih tidak
mau, membayangkannya saja tidak mau. Maafkan Mimih. Bahkan saat ini berbohong
adalah keterpaksaan, jalan mudah untuk memuaskan dahaga semua orang yang bertanya, “kenapa
tidak asi?”, Duh Gusti bukan mau Mimih, sungguh. Dan angin-angin yang terjebak
di perutmu, dari botol-botol itu lah mereka berasal. Sungguh, Mimih rela
menghirup semua anginmu, agar kau lega, lega dan sehat jiwa dan raga.
Gy, saat
Mimih menulis surat ini, kamu sedang menyelam di alam mimpi. Mimpi-mimpi itu
terlampau indah hingga senyum beberapa kali mampir ke bibirmu yang terkatup.
Mimih yang berada di sampingmu bahkan bisa merasakan kebahagiaan itu. Mimih jadi
ingat, beberapa kali Allah mempertemukan kita di alam mimpi, dan kini Mimih
tidak perlu bermimpi lagi untuk bertemu denganmu.
Kamu terlalu indah untuk diceritakan. Maafkan
Mimih yang lebih mendominasi kerangka wajahmu ketimbang Pipih, tetapi cinta
kami kepadamu sama besarnya, jadi kamu tidak perlu khawatir. Khawatir hanya
membuat hidupmu tidak tenang dan bukan itu yang kami inginkan.
Banyak sekali
keinginan Mimih yang tertitip padamu. Telah banyak catatan hitam yang tertoreh dalam hidup Mimih. Mimih ingin membawamu pergi jauh dari
jejak hidup yang telah Mimih titi. Kamu adalah kamu yang bebas memilih menjadi
diri sendiri. Memilih tempat-tempat ternyamanmu dan Mimih berharap Mimih adalah
salah satunya. Namun kadangkala mendapati tempat ternyaman itu tidak semudah
kita mengimajinasikannya. Seperti arti namamu, di dunia ini, saat pertama kali
kamu keluar dari rahim Mimih, kamu harus banyak berjuang untuk menjadi diri
sendiri, menemukan temapat ternyamanmu, dan menikmati hidup ini.
Mimih ingin
kamu bermanfaat untuk sekitarmu. Percayalah, saat kamu menolong, membantu orang
lain, dan mementingkan kewajibanmu dari pada diri sendiri, saat itu sedikit
demi sedikit kamu telah mengalahkan dirimu sendiri, dan nikmatilah setiap gemuruh
dada yang kamu rasakan saat mendengar kata terima kasih dan atau melihat
kilasan senyum yang akan kamu dapat. Namun jika kamu berpikir itu hal mudah,
coba saja saat kamu menghadapinya langsung, saat lelahmu tak terperi, semuanya
seakan hitam putih dan bisikan dadamu yang lain mederu untuk kenyamanmu sendiri
tanpa memperdulikan orang lain, pesan Mimih tetap lah berpikir rasional dan
menolong orang lain. Kamu tidak akan menyangka bagaimana bahagianya kamu nanti,
jadi banyak bersabarlah.
Mimih ingin kamu bersabar dan benar
adanya bahwa Allah tidak akan pernah memberikan ujian tanpa mempertimbankan
kemampuan seseorang, semakin berat ujiannya, semakin tinggi tingkat kesabaran
yang perlu dilakukan maka semakin tinggilah derajadmu saat menyelesaikan. seperti
yang Mimih bilang, sesuai arti namamu, bahawa memang hidup ini penuh perjuangan
dan perjuangan membutuhkan kesabaran.
Gy, entah
kamu masih ingat atau tidak tentang percakapan-percakapan kita di dalam kereta,
waktu itu kamu masih nyaman tinggal di rahim Mimih. Ada seorang ibu, mengalah
kepada Mimih dan memilih memberikan tempat duduknya untuk kita, sedangkan
banyak yang lebih pantas ‘mengalah’ untuk kita, saat itu Mimih berterimakasih
dan berdoa dalam hati, semoga kebaikan yang dilakukan ibu itu kepada kita, akan
menular kepadamu, karena perjuangan tidak perna lengkap hanya dengan kesabaran
tapi harus ada juga keikhlasan.
Ikhlas menerima dirimu sendiri, ikhlas
bahwa suatu saat kamu akan mengalami menjalani kahidupan ini seperti berjalan
di atas kerikil tajam tanpa alas kaki, Ikhlas untuk meyakini bahwa dunia ini
memang tidak seluruhnya baik tapi tidak pula seluruhnya buruk. Kebaikan dan
keburukan sama-sama belenggu yang mengikatmu. Hal ini juga yang membuat Mimih
harus tega mengatakan bahwa tidak ada yang namanya kemerdekaan, kata merdeka
adalah kesemuan yang tidak bisa kita artikan. Jika kamu ingin merdeka kepada
keburukan kamu harus terikat pada aturan kebahagiaan dan ketika kamu ingin
merdeka dari kebaikan maka kamu harus terikat pada tata tertib keburukan.
Menjadi baik adalah pilihan yang
sungguh berat, karena kebaikan tidak selalu diartikan dengan baik, dan menjadi
baik saja kadang tidak cukup, butuh dua kata baik untuk bisa meyakinkan orang,
jadilah orang yang baik-baik. Menjadi orang baik-baik tidaklah mudah karena semakin
banyak kebaikan pasti banyak yang tidak menyukainya. Saat kamu dewasa dan benar-benar
matang, Mimih yakin kamu akan setuju dengan Mimih, saat itu mungkin Mimih telah renta, pun Pipih. Tetapi saat itu Mimih yakin, Ghazy sudah
khatam dalam menterjemahkan apa yang Mimih maksud.
Semoga Gy bisa mengamalkannya.
Aamiin...
Salam berjuta kecup dan peluk hangat
untuk, Gy.
Dari Mimih dan Pipih
Tidak ada komentar
Posting Komentar